Rabu, 01 Januari 2014

laporan pratikum 3




PRATIKUM INSTALLASI DAN JARINGAN KOMPUTER
NETMASK (LANJUTAN)
LAPORAN 3

A. Teori Pendukung
1. Protokol Jaringan / IP Address.
IP Address merupakan pengenal yang digunakan untuk memberi alamat pada tiap-tiap komputer dalam jaringan. Format IP Address adalah bilangan 32 bit yang tiap bitnya dipisahkan oleh tanda titik. Adapun format IP Address dapat berupa bentuk ‘biner’ (xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx dengan x merupakan bilangan biner). Atau dengan bentuk empat bilangan desimal yang disebut dengan ‘dotted decimal’.
IP Address dibagi kedalam lima kelas, yakni :
Kelas A
Format                    : 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit Pertama                        : 0
Panjang NedID      : 8 bit (bit pertama)
Range NetID          : 00000000 – 01111111 = 0 – 127
Panjang HostID     : 24 bit (bit selanjutnya)
Range IP                : 1.x.x.x – 126.x.x.x
Jumlah Network     : 126 alamat network (0 dan 127 dicadangkan)
Jumlah host                        : 16.777.214 host
Diskripsi                 : Dialokasikan untuk jaringan dengan jumlah host yang besar
Kelas B
Format                    : 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit Pertama                        : 10
Panjang NedID      : 16 bit (bit pertama)
Range NetID          : 10000000 – 10111111 = 128 – 191
Panjang HostID     : 16 bit (bit selanjutnya)
Range IP                : 128.0.x.x – 191.255.x.x
Jumlah Network     : 16.384 alamat network
Jumlah host                        : 65.532 host
Diskripsi                 : Dialokasikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sedang

Kelas C
Format                    : 110nnnnn.nnnnnnnn. nnnnnnnn.hhhhhhhh
Bit Pertama                        : 110
Panjang NedID      : 24 bit (bit pertama)
Range NetID          : 11000000 – 11011111 = 192 – 223
Panjang HostID     : 8 bit (bit selanjutnya)
Range IP                : 192.0.0.x – 223.255.255.x
Jumlah Network     : 2.097.152 alamat network
Jumlah host                        : 254 host
Diskripsi                 : Dialokasikan untuk jaringan dengan jumlah host sedikit
Kelas D
Format                    : 1110mmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm
Bit Pertama                        : 1110
Panjang NedID      : 28 bit
Byte inisial             : 224-247
Diskripsi                 : Dialokasikan untuk keperluan multitasking (RFC 1112)
Kelas E
Format                    : 1111rrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr
Bit Pertama                        : 1111
Panjang NedID      : 28 bit
Byte inisial             : 248-255
Diskripsi                 : Dicadangkan untuk keperluan eksperimental
2. Pengalokasian IP Address
IP Adress terdiri dari dua bagian yaitu network ID dan host ID, dimana network id berfungsi sebagai identitas dari sebuah network sedangkan host id adalah sebuah identitas dari sebuah host. Pengalokasian IP address pada dasarnya ialah proses memilih network id dan host id yang tepat untuk suatu jaringan. Tepat atau tidaknya konfigurasi ini tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengalokasikan IP address seefisien mungkin.


Aturan mengenai pengalamatan IP Address adalah sebagai berikut:
1.      Network ID 127.0.0.1 tidak dapat digunakan karena ia secara default digunakan dalam keperluan ‘loop back’ yaitu IP address yang digunakan komputer untuk menunukan dirinya sendiri.
2.      Network address adalah alamat network paling pertama didalam sebuah network/jaringan dan tidak bisa digunakan (kondisi bit diset seluruhnya 0), kecuali dalam kondisi tertentu dimana yang dimaksudkan kondisi tertentu ini adalah dimana host dipaksa menggunakan full routing sebelum menuju host selanjutnya, jadi host akan dipaksa untuk melakukan komunikasi terlebih dahulu ke router sebelum bisa berkomunikasi dengan host lainnya
3.      Broadcast address adalah alamat ip terakhir dari sebuah network dan tidak bisa digunakan (kondisi bit diset seluruhnya 0) sesuai dengan namanya broadcast address, ip ini digunakan untuk melakukan broadcasting ke semua host didalam jaringan. Pengiriman paket ke alamat ini akan menyebabkan paket ini didengarkan oleh seluruh anggota network tersebut.
4.      Host ID harus bersifat unik didalam suatu workstation.
3. SUBET MASK
Subnet mask adalah istilah yang mengacu kepada angka bine 32 bit yang digunakan utuk membedakan network identifier dan host identifier, menunjukan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan adalah sebagai berikut :
1.      Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
2.      Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada didalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja, baik subnet maskdefault (yang digunakan ketika emakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikostumisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supersubnet) harus dikonfihurasikan di dalam setiap node TCP/IP.\
Terdapat dua metode yang digunakan untuk mempresentasikan subnet mask, yaitu :
1.      Notasi Desimal Bertitik
2.      Notasi Panjang Prefix Jaringan.
Notasi Desimal Bertitik (Dotted decimal notation).
Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desima bertitik (dotted decimal notation), seperti IP address, dimana bit diset sebagai network identifier dan host identifier lalu dikonversikan ke dalam notasi desimal bertitik. Namu perlu dicatat meskipun dipresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas pada IP Address dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet. Formatnya adalah :
Alamat IP        www.xxx.yyy.zzz
Subnet Mask    www.xxx.yyy.zzz
Kelas Alamat
Subnet mask (biner)
Subnet mask (desimal)
Kelas A
11111111.00000000.00000000.00000000
255.0.0.0
Kelas B
11111111.11111111.00000000.00000000
255.255.0.0
Kelas C
11111111.11111111.11111111.00000000
255.0.0.0
Tabel 1 notasi desimal bertitik
Notasi Panjang Prefiks (Prefix length).
Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk mempresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix , notasi ini disebut juga dengan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR).
Studi kasus.
Diberikan dua buah IP addres kelas B, Notasi pertama IP address 131.107.164.26/16 notasi kedua IP address 131.107.164.26/24, kedua jaringan tersebut tidak berada didalam ruang alamat yang sama. Network id notasi pertama memiliki range IP yang valid mulai dari 131.107.0.1 – 131.107.255.254 sedangkan netword id pada notasi kedua memiliki alalmat IP yang valid mulai 131.107.164.1 - 131.107.164.254.

Classless Inter-Domain Routing
Subnet Mask
Frefix Length
Subnet Mask
Frefix Length
Subnet Mask
Frefix Length
255.255.0.0
/8
255.255.255.0
/16
255.255.255.255
/24
255.128.0.0
/9
255.255.128.0
/17
255.255.255.128
/25
255.192.0.0
/10
255.255.192.0
/18
255.255.255.192
/26
255.224.0.0
/11
255.255.224.0
/19
255.255.255.224
/27
255.240.0.0
/12
255.255.240.0
/20
255.255.255.240
/28
255.248.0.0
/13
255.255.248.0
/21
255.255.255.248
/29
255.252.0.0
/14
255.255.252.0
/22
255.255.255.252
/30
255.254.0.0
/15
255.255.254.0
/23


Tabel 2. CIDR
3.1 Menentukan Network Address, Host Valid dan Broadcast Address
Untuk menentukan alamat network dan broadcast address maupun host yang valid dari sebuah alamat IP dengan menggunakan subnetmask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi aritmatika logika perbandingan And (And Comparation), dimana dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true jika dua item bernilai true dan menjadi false jika salah satunya bernilai false atau keduanya false. Dua hal yang diperbandingkan adalah prinsip bit-bit dalam IP address yang bernilai biner 1 dan 0.
Contoh : IP Address 131.107.164.26/20
IP Address       10000011.01101011.10100100.00011010     (131.107.164.026)
Subnet Mask    11111111.11111111.11110000.00000000     (255.255.240.000)
----------------------------------------------------------------------------------------------- AND
Network ID     10000011.01101011.10100000.00000000     (131.107.160.000)
Broadcast ID   10000011.01101011.10100000.11111111     (131.107.160.255)
Host Pertama  10000011.01101011.10100001.11111111     (131.107.161.000)
Host Terakhir  10000011.01101011.10100000.11111110     (131.107.160.254)
Blok Subnet     2n = 24 = 16 blok Subnet Id (0,16,32, ….. 160,176,192, …240)
Host Valid       2y – 2 = 212 – 2 = 4098 – 2 = 4096 Alamat host yang valid.

3.2 Variable Length Subnet Mask (VLSM)
Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (Fixed length subnetting), yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebi banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yanng dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekrusif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik ini disebut variable-length subnetiting. Sub-sub jaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask disebut sebagai variable-length subnet mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting membentuk analisis yang lebih terhadap segmen jaringan dan jumlah host per segmen. Dengan menggunakan teknik ini bit network harus bersifat tetap dan subnetpun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
VLSM memungkinkan pembagian IP address secara rekrusif, contoh :
192.168.0.0/27
192.168.0.0/24                                    192.168.32/27
192.168.0.0/16                        192.168.1.0/24                                    ….
                                                192.168.2.0/24
                                                ….
B. Tujuan Pratikum
Setelah menjalani serangkaian kegiatan pratikum peserta pratikum diharapkan dapat :
1.        Menjelaskan fungsi dan peranan protokol dan jaringan komputer.
2.        Mengimplimentasikan pengalamatan (IP Address) pada komputer jaringan
3.        Menjelaskan fungsi Subnetting pada jaringan komputer
4.        Mengimplimentasikan teknik Subnetting pada jaringan komputer.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dipergunakan dalam kegiatan pratikum kali ini adalah :
1.         PC
2.         LAN Card
3.         Switch
4.         Kabel Straigh-trought
D. Langkah kerja pratikum (Kelompok B)
Percobaan pertama
1.    Siapkan beberapa buah PC yang sudah terpasang NIC.
2.    Hubungkan dengan workstation dengan kabel straight melalui switch.
3.    Lakukan pengalamatan IP Address yang sudah ditetukan pada kelompok B untuk membangun LAN.
4. Konfigurasi IP Address dan subnet mask masing-masing PC, seperti gambar.


Gambar 1. Membangun LAN Kelompok B bagian pertama
5. Lakukan uji koneksi masing-masing PC dengan command ping, lalu tabulasikan.

Gambar 2 Konfigurasi IP address pada komputer ke-dua

Gambar 3. Ping pada salah satu komputer di LAN kelompok 


Gambar 4. Ping pada salah satu komputer di LAN kelompok B


1.    Setelah dilakukan konfigurasi pada LAN tersebut dan telah dilakukan uji koneksi dengan comand ping, maka akan diperoleh:

No.
Uji koneksi Ping
Respon
Dari
Ke
1.
192.168.1.132
192.168.1.131
Reply from 192.168.1.131 : bytes = 32 time<1ms TTL = 128


192.168.1.133
Reply from 192.168.1.133 : bytes = 32 time<1ms TTL = 128


192.168.1.134
Reply from 192.168.1.134 : bytes = 32 time<1ms TTL = 128


192.168.1.135
Reply from 192.168.1.135 : bytes = 32 time<1ms TTL = 128


192.168.1.136
Reply from 192.168.1.136 : bytes = 32 time<1ms TTL = 128
Tabel 3. Tabulasi hasil comand ping dari komputer kedua
2.      Untuk melihat informasi PC yang terhubung kedalam sebuah jaringan kelompok B dapat menggunakan perintah comand net view.
3.      Kesimpulan dari percobaan diatas adalah :
a.       Seluruh node terhubung secara client-server dengan media jaringan kabel yang saling berhubungan dengan switch.
b.      Seluruh host dalam satu lingkup LAN seperti percobaan diatas akan saling terkoneksi satu sama lain dan dapat berkomunikasi jika mempunyai subnet mask yang sama.
c.       Netmask berfungsi sebagai pembeda Ned Id dan Host Id
d.      Netmask dapat menentukan jumlah host yang valid dalam suatu lingkup workstation, terlihat pada percobaan diatas.
e.       Untuk melihat komputer yang terkoneksi dapat menggunakan perintah comand line net view.
f.       Untuk uji koneksi dapat menggunakan perintah comand line ping.

Percobaan kedua
1.      Lakukan penggabungan antara segmen jaringan kelompok A dan kelompok B
2.      Lakukan perubahan konfigurasi terhadap jaringan yang telah dibuat, sehingga terbentuk jaringan seperti gambar berikut :


Gambar 5. Segmen LAN A (kiri), Segmen LAN B (kanan)
1.      Lakukan uji koneksi keseluruh node menggunakan command ping, tabulasikan
2.      Kesimpulan dari percobaan diatas adalah :
a.       Segmen LAN A adalah anggota workstation A dan sebaliknya
b.      Didalam segmen LAN A seluruh node dapat berkoneksi satu sama lain hal ini dikarenakan masih dalam satu subnetmask
c.       Didalam segmen LAN B seluruh node dapat berkoneksi satu sama lain hal ini dikarenakan masih dalam satu subnetmask
d.      LAN A tidak dapat berkoneksi dengan LAN B, dikarenakan walaupun mereka berada didalam satu netmasking namun berbeda segmen jaringan, ini dampak dari network identifier yang sebelumnya telah disubnetkan kembali.
e.       Teknik subnetting dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa jumlah host dalam setiap segmennya.
Percobaan 3
1.      Lakukan perubahan konfigurasi terhadap jaringan yang telah dibuat, sehingga terbentuk jaringan seperti gambar berikut :

Gambar 6. Konfigurasi percobaan 3
1.      Lakukan tes koneksi dari dari node ke seluruh node dalam workstation, tabulasi.

No
Uji Koneksi (Ping)
Respon
dari
Ke
1
132.92.123.2/16
132.92.123.1/16
Reply from 132.92.123.1/16


132.92.123.3/16
Reply from 132.92.123.3/16


132.92.122.1/16
Destiation host uncredible


132.92.122.2/16
Destiation host uncredible


132.92.123.4/24
Reply from 132.92.123.4/24


132.92.123.5/24
Reply from 132.92.123.5/24


132.92.122.4/24
Reply from 132.92.122.4/24


132.92.122.5/24
Reply from 132.92.122.5/24
Tabel 4. Percobaan 3
2.      Dapat disimpulkan dari percobaan diatas, bahwa :
a.       PC07, PC08, PC09 dalam satu segmen jaringan.
b.      PC01, PC02, PC03 dalam satu segmen jaringan.
c.       PC 10, PC11, PC12 dalam satu segmen jaringan.
d.      PC04, PC05, PC06 dalam satu segmen jaringan.
e.       PC07, PC08, PC09 dan PC01, PC02, PC03 tidak dapat berkomunikasi karena sudah berbeda segmen jaringan walaupun maskingnya sama
f.       PC07, PC08, PC09 dan PC 10, PC11, PC12 dapat saling berkomunikasi karena PC 10, PC11, PC12 diperoleh dari mengsubnetkan kembali subnet mask dari masking /16 dengan kata lain mereka masih dalam satu bagian area subnet yang sama.
g.      PC07, PC08, PC09 dan PC04, PC05, PC06 dapat saling berkomunikasi karena PC04, PC05, PC06 diperoleh dari mengsubnetkan kembali subnet mask dari masking /16 dengan kata lain mereka masih dalam satu bagian area subnet yang sama.
h.      PC04, PC05, PC06 dan PC 10, PC11, PC12 tidak dapat berkomunikasi karena sudah berbeda segmen jaringan walaupun maskingnya sama, perhatikan gambar tes koneksi dibawah ini dari IP Address 132.92.132.2/16.

Gambar 7. Ping dari 132.92.132.2/16 ke 132.92.132.1/16






\
Gambar 9. Ping dari 132.92.132.2/16 ke 132.92.122.3/16

Gambar 10. Ping dari 132.92.132.2/16 ke 132.92.122.4/24
E. Analisis Pratikum
1.    Pada percobaan pertama seluruh node dalam satu lingkup LAN akan saling terkoneksi satu sama lain dan dapat berkomunikasi jika mempunyai subnet mask yang sama.
2.    Pada percobaan kedua mengacu pada percobaan pertama didalam segmen LAN B seluruh node dapat berkoneksi satu sama lain hal ini dikarenakan masih dalam satu subnetmask
3.    Lalu masih pada percobaan kedua LAN A tidak dapat berkoneksi dengan LAN B, dikarenakan walaupun mereka berada didalam satu netmasking namun berbeda segmen jaringan, ini dampak dari network identifier yang sebelumnya telah disubnetkan kembali.
4.    Pada percobaan ketiga PC07, PC08, PC09 dan PC01, PC02, PC03 tidak dapat berkomunikasi karena sudah berbeda segmen jaringan walaupun maskingnya sama
5.    Pada percobaan ketiga PC07, PC08, PC09 dan PC 10, PC11, PC12 dapat saling berkomunikasi karena PC 10, PC11, PC12 diperoleh dari mengsubnetkan kembali subnet mask dari masking /16 dengan kata lain mereka masih dalam satu bagian area subnet yang sama.
6.    Pada percobaan ketiga PC07, PC08, PC09 dan PC04, PC05, PC06 dapat saling berkomunikasi karena PC04, PC05, PC06 diperoleh dari mengsubnetkan kembali subnet mask dari masking /16 dengan kata lain mereka masih dalam satu bagian area subnet yang sama.

F. Kesimpulan Pratikum

1.    IP Address merupakan pengenal yang digunakan untuk memberi alamat pada tiap-tiap komputer dalam jaringan.
2.    Subnet mask merupakan deretaan angka biner sebanyak 32 bit yang merupakan pembeda antara porsi network id dan host id dari sebuah IP address
3.    Secara keseluruhan netmask berfungsi untuk menentukan berapa banyak segmen jaringan yang akan diciptakan dan jumlah host pada setiap segmen jaringan
4.    Dengan menggunakan subnet mask, memanajemen pengalamatan IP terjadi dengan demikian secara tidak langsung telah menciptakan keamanan jaringan.
G. Evaluasi
1.    Menganalisa percobaan pertama dimana telah dijelaskan pada analisis pratikum
2.    Menganalisa percobaan kedua dimana telah dijelaskan pada analisis pratikum
3.    Menganalisa percobaan ketiga dimana telah dijelaskan pada analisis pratikum
4.    Menjelaskan manfaat dan kegunaan subnetting pada jaringan komputer
a.       Pembeda antara Network Id dengan Host Id
b.      Menentukan jumlah host yang valid
c.       Untuk membentuk sub-sub jaringan baru
d.      Sebagai keamanan jaringan
e.       Secara keseluruhan digunakan untuk menentukan berapa banyak segmen (subnet bagian) jaringan yang akan diciptakan dan berapa jumlah host per segmen (subnet bagian).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar